Sabtu, 20 Mei 2017

Museum Nasional: Tiket Murah Koleksi Meriah




Museum masih dianggap kuno, sebuah ruangan yang gelap, serta menjenuhkan.  Begitulah anggapan masyarakat terhadap museum, termasuk Museum Nasional atau sering disebut Museum Gajah. Karenanya, menurut Kepala Bidang Penyajian dan Publikasi Museum Nasional, Widodo , Museum Nasional terus berbenah agar minat masyarakat mengunjungi museum terus meningkat.

"Jadi bukan kurang peminat, tapi masih dipandang sebelah mata. Ibaratnya, dibayar saja tidak mau," Kata Widodo saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (18/5).

"Makanya saat ini kami merenovasi gedung A dan C untuk merekrut masyarakat dan sebanyak-banyaknya pengunjung," 

Tiket untuk masuk Museum Nasional yang hanya berkisar seribu hingga Rp5 ribu masih belum menggerakkan masyarakat untuk datang ke museum. Harga tiket yang rendah ini karena pengelolaan Museum Nasional masih ditanggung negara.

Harga tersebut tergolong sangat murah bila dibandingkan tiket museum nasional di negara lain, seperti di Singapura. Di National Museum of Singapore, harga tiket dipatok SG$10-15 atau Rp95 ribu hingga Rp144 ribu dan kebanjiran pengunjung.

Kondisi 'dibayar saja tidak mau' ini memaksa pihak Museum Nasional putar otak agar masyarakat datang, selain dari memperbaharui dari segi fisik.

"Museum tidak bisa sendiri, harus ada program kreatif dan anak-anak sekolah perlu diwajibkan," katanya.

Leonhard Bartolomeus, seorang kurator pameran The Archive of Nowhere pun mengakui kekurangan museum adalah tidak menampilkan sesuatu yang baru. 
Menurut Leonard, dia -dan mungkin seperti kebanyakan orang- baru datang ke museum saat ada tugas akademis, bukannya berwisata.

Leonard menambahkan, kesan kuno dari museum sulit dihilangkan. Oleh karenanya ia menyarankan perlu ada inovasi kecil yang membuat orang punya kesan berbeda terhadap museum.

"Mungkin mencoba bekerja atau buat sesuatu yang baru dari yang dikoleksi bisa menjadi cara yang baik untuk dilakukan museum," kata Leonard.

"Bukan hanya Museum Nasional saja tapi museum lain di Jakarta yang bisa mendorong orang datang untuk pengen tahu ada apa di dalamnya," tambahnya.


Menyasar Anak Muda

Di sisi lain, pihak Museum Nasional bukan tinggal diam. Pengelola mengaku sudah mengadakan serangkaian kegiatan di akhir pekan, bekerja sama dengan berbagai komunitas.

Kata Widodo, setiap Sabtu atau Minggu, di Museum Nasional selalu terdapat kegiatan teater, pelatihan tari secara gratis, dan berbagai kegiatan yang bisa diikuti keluarga secara cuma-cuma.

Museum Nasional pun coba menggandeng pihak lain untuk menarik pengunjung. Itu disampaikan Indra Ameng, Festival Director RRREC Fest yang diajak dikerjasama agar membawa anak muda datang ke sana.

Indra mengatakan, pada Desember lalu, pihak Museum Nasional melalui sang kepala museum, Intan Mardiana, mengajak penyelenggara ajang musik di alam tersebut karena ingin menyasar anak muda.
Pihak Museum Nasional cari partner yang bisa bawa anak muda. Ini jadi program Museum Nasional untuk mengajak publik datang lagi," kata Indra.

"Museum itu sebenarnya kan punya koleksi pengetahuan luar biasa, artefak luar biasa. Museum ini simpan koleksi Nusantara dari dua abad pertama dan segala hal bisa dipelajari, hanya yang kurang program kreatifnya," katanya.

Namun Indra mengakui pihak Museum Nasional sudah mulai membenahi dan kini salah satu lembaga pendidikan pengetahuan tersebut sudah menjadi tempat ramah bagi publik.

Bukan hanya program kreatif yang masih jadi kendala, beberapa isu menyebut Museum Nasional masih mengalami masalah keuangan.

"Kalau masalah kurang (dana), pasti kurang, tapi kalau dibanding museum lain masih lumayan, masih bisa membangun," kata Widodo. (bpp/.cnni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar