Selasa, 28 Februari 2017

Geopark Ciletuh Didorong Go Internasional



Telkom ikut mendukung pengembangan kawasan Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi sebagai geopark kelas dunia. Langkah itu dituangkan dalam nota kesepahaman bersama Pemprov Jabar.
Isi nota kesepahaman mengatur tentang pengembangan fasilitas komunikasi di kawasan selatan itu.
Naskah kerjasama itu sudah ditandatangani Executive Vice Presiden Telkom Regional III Jawa Barat (EVP TR3 Jabar) Ketut Budi Utama dan Gubernur Jabar Ahmad Heriawan.
“MOU yang ditandatangan hari ini akan didetailkan dalam bentuk perjanjian kerjasama yang memuat layanan layanan yang akan didelivery. Untuk tahap awal, pihak Pemprov meminta Telkom memperkuat sinyal guna kemudahan penggunaan sarana komunikasi di wilayah Geopark Ciletuh,” jelas Ketut Budi Utama dalam keterangannya, kemarin.
Dijelaskan, Geopark Ciletuh tengah dalam persiapan untuk dapat memenuhi standar Unesco sehingga dapat ditetapkan sebagao taman dunia berstandar internasional oleh Unesco.
Dalam waktu dekat, Unesco akan mengecek kelayakannya berdasarkan fasilitas umum yang dinilai memadai dari mulai toilet, rumah makan, hotel, hingga kebersihan, sarana transportasi, fasilitas informasi, rambu petunjuk arah dan fasilitas lainnya.
Telkom sebagai BUMN yang ada di Jawa Barat, jelasnya, berkomitmen untuk turut ikut serta dalam proses pembangunan fasilitas telekomunikasi broadband di kawasan wisata tersebut. Saat ini Telkom merupakan satu-satunya provider telekomunikasi yang diminta untuk membangun kawasan tersebut. (Sumber: Suara Merdeka)

Kamis, 23 Februari 2017

Wisata Swedia Tak Terpengaruh Pernyataan Donald Trump



 Saat hadir dalam sebuah acara di Florida pada Minggu (19/2), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa telah terjadi serangan teror di Swedia. 

Tentu saja pernyataannya itu mengejutkan semua pihak, terutama penduduk Swedia, karena merasa tak ada hal yang mengerikan terjadi pada malam sebelumnya.

Kegusaran penduduk Swedia atas pernyataan Trump langsung membuat tagar #LastNightInSweden mendunia. 

Pernyataan negatif seperti itu tentu saja membuat was-was negara yang menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu penyokong perekonomiannya. 

Mereka tak ingin pernyataan seperti itu membuat wisatawan mancanegara (wisman) menjadi enggan berkunjung.

Selama ini, Swedia dikenal sebagai tujuan wisata kalangan yang gemar akan wisata sejarah, alam dan belanja. 

Walau tidak pesat, namun perkembangan industri pariwisatanya selalu tumbuh, seperti yang dikatakan oleh CEO Badan Pariwisata Swedia, Kristina Ösund, seperti yang dikutip dari The Local pada Januari kemarin. 

“Banyak wisatawan mancanegara yang memilih Swedia untuk berkunjung dibandingkan negara Nordik lainnya seperti Denmark, Norwegia, Islandia dan Finlandia,” kata Ösund. 

“Tahun lalu, sebanyak 13,9 juta wisman telah berkunjung. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 3,1 persen dari 2015,” lanjutnya.

Dikutip dari Express pada Selasa (21/2), Direktur dari agen perjalanan wisata HolidayTravelWatch, Frank Brehany, mengatakan kalau Swedia merupakan negara dengan perkembangan industri pariwisata yang progesif dan tingkat keamanan yang tinggi. 

“Saya tidak akan pernah ragu untuk berkunjung ke sana, bahkan menurut saya, lebih banyak kawasan aman di sana dibandingkan ke AS,” kata Brehany.

Hal senada soal keamanan juga dikatakan oleh Sekretaris Perdagangan dan Promosi Kedutaan Besar Swedia di Indonesia, Robert Lejon.

Dalam sambungan telepon oleh CNNIndonesia.com pada Rabu (22/2), Leijon mengatakan kalau Swedia tetap aman untuk dikunjungi oleh wisman karena angka kriminalitas di negaranya menurun selama lebih dari satu dekade.

“Tahun 2015, kasus kriminalitas yang menimpa perorangan sejumlah 13,3 persen. Jumlah tersebut memang naik dari 2014, yang sejumlah 11,3 persen, Tapi jumlahnya sama dengan 2005,” kata Lejon mengutip data dari Swedish Crime Survey.

“Jadi, Swedia tetap aman untuk dikunjungi,” pungkasnya.

Di Stockholm, wisatawan bisa merasakan kehidupan ibukota yang modern tapi tetap sarat akan sejarah. Sedangkan di Gothenburg, kota pelabuhan, ada banyak pusat keriaan bagi pecinta seni budaya.

Selain 12 kota besar, terdapat juga beberapa kota kecil di sekitarnya yang wajib dikunjungi, seperti Gotland, Kullaberg, Kungsleden, dan Åre, yang menawarkan sensasi wisata alam. (CNN Indonesia)

Sabtu, 18 Februari 2017

Jejak Orang Jawa di Negeri Gajah Putih



Jejak orang Jawa di luar Indonesia tak hanya ada di Suriname. Di Bangkok, Thailand, orang Jawa juga meninggalkan jejak kebudayaan berupa masjid yang berarsitektur Jawa.
Masjid berarsitektur Jawa itu sudah berdiri sejak 108 tahun yang lalu. Masjid ini dibangun oleh H Muhammad Saleh, mertua dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Pembangunan masjid tersebut pada awalnya bertujuan untuk memfasilitasi tempat ibadah bagi para Muslim asal Jawa yang bekerja di Thailand.
Masjid Jawa atau Jawa Mosque terletak di Jalan Soi Charoen Rat 1 Yaek 9, Sathorn, Bangkok. Arsitektur Jawa langsung terasa begitu melihat atap masjid.
Masjid Jawa tak beratapkan kubah sebagaimana halnya kebanyakan masjid. Ia beratapkan limas bersusun tiga seperti Masjid Demak yang menunjukkan adanya akulturasi kebudayaan antara Islam dan Hindu di Jawa.
Distrik Sathorn memang menjadi salah satu tempat tinggal komunitas Muslim di Bangkok. Hampir 80 persen penduduk di Distrik Sathorn beragama Islam.
Jawa Mosque terletak di jantung kota Bangkok. Masjid tersebut tersembunyi di antara hostel-hostel murah tempat menginap para pelancong mancanegara dengan dana minim, atau biasa disebut backpacker.


Jalan menuju Jawa Mosque juga cukup sempit. Jalan tersebut hanya bisa dilalui satu mobil. Rasanya sangsi, di tengah-tengah hostel dan penginapan murah, terdapat sebuah masjid.
Dari BTS (kereta layang) Surasak Station, Sabtu (11/2/2017) itu, saya menyusuri gang-gang kecil untuk bisa sampai di Jawa Mosque. Tak sampai 10 menit, saya pun sampai di Jawa Mosque.
Tak ada sambutan apa pun dari masyarakat di sana. Tak ada pula hal yang mengesankan masjid itu sebagai destinasi wisata di Bangkok. Saat saya tiba di sana, jarum jam menunjukkan pukul 10.30 waktu setempat.
Masjid tampak sepi dan hanya ada seorang pria yang sedang duduk di teras masjid. Saat saya menghampiri dan mengajak berbicara dalam bahasa Inggris, ternyata dia hanya bisa berbahasa Thailand.
Dengan bahasa isyarat, ia pun mengarahkan saya ke ruang pengurusan jenazah, yang di dalamnya terdapat seorang perempuan dan laki-laki yang tengah merapikan kain kafan. Saya langsung mengucap salam kepada mereka dan bertanya dalam bahasa Inggris.
Beruntung, perempuan yang bernama Maryam itu bisa berbahasa Inggris. Maryam akhirnya memperkenalkan pria yang bersamanya tengah merapikan kain kafan. Abdul Hamid namanya. Ia merupakan Ketua Komunitas Muslim di sana. Saya lalu meminta izin untuk memotret interior masjid tersebut.
Seusai itu, saya kembali berbincang dengan Maryam. Ia mengatakan, Jawa Mosque merupakan pusat aktivitas keagamaan bagi umat Islam di Distrik Sathorn. Menurut Maryam, meski namanya seperti nama-nama orang Melayu, ia sama sekai tak bisa berbahasa Melayu.
Ia menambahkan, hampir semua penduduk di sana memang memiliki pertalian darah dengan orang Jawa yang pernah bekerja di Thailand.

Namun, hubungan itu sudah terlampau jauh sehingga generasi sekarang hanya bisa berbahasa Thailand, tanpa bisa berbahasa Jawa.
Maryam menuturkan, keberadaan Masjid Jawa juga dirasa penting bagi komunitas Islam di sana. Berbagai macam aktivitas keagamaan dilangsungkan hampir setiap hari.
Pada hari Senin hingga Jumat, setiap selesai shalat maghrib, ada pendidikan agama Islam yang diikuti oleh anak-anak usia sekolah. Kelas tersebut terletak persis di samping bangunan utama masjid.
Ada lima tingkatan yang harus dilalui oleh para muridnya. Di tingkatan pertama, mereka biasanya mempelajari cara membaca Al Quran. Di tingkat kedua, mereka mulai mempelajari hadis (sabda rasul) dan ilmu fikih (hukum dan aturan dalam Islam).
Selain itu, setiap Minggu, setelah shalat dzuhur, diadakan pula pengajian bagi orang tua. Pada bulan suci Ramadhan, kegiatan di masjid tersebut juga semakin banyak.
Setiap harinya, masjid tersebut menyediakan hidangan berbuka puasa gratis kepada jemaah masjid yang datang. Tak lupa, mereka menggelar shalat tarawih setiap malamnya.
Maryam mengatakan, keberadaan Masjid Jawa juga dirasa penting bagi komunitas Islam di sana.

Bagi mereka yang tak memiliki dana yang cukup untuk menguburkan anggota keluarganya yang meninggal dunia, Masjid Jawa menyediakan ambulans gratis untuk menjemput jenazah dari rumah sakit atau rumah untuk kemudian dimandikan dan dishalati di sana.

Selepas itu, jenazah dikuburkan di pemakaman Muslim yang terletak persis di seberang masjid. "Semua kami lakukan secara gratis, dana selama ini kami peroleh dari donasi sesama Muslim," ujar Maryam.
Karena jumlahnya yang minoritas, komunitas Muslim di Thailand terlihat sangat dekat satu sama lain. Meski demikian, mereka juga hidup berdampingan dengan penganut agama Buddha dan Kristen secara damai.
"Keberadaan masjid ini justru menjadi medium bagi umat Buddha dan Kristen di Thailand lebih mengenal Islam. Adanya azan yang mereka dengar dan segala aktivitas yang kami lakukan di tengah-tengah mereka menunjukkan kami bisa hidup damai berdampingan bersama mereka," kata Maryam. (Kompas.com)

'Cokelat' Ramah Gigi Sehat



Cokelat dan makanan manis biasanya jadi 'musuh' para dokter gigi karena menyebabkan gigi rusak dan sulit dihindari orang. Untuk menyiasati hal itu, sebuah label di Jepang ciptakan 'cokelat' yang ramah kesehatan gigi.

Melansir Rocket News 24, sebuah produsen pasta gigi herbal membuat sebuah odol dengan rasa cokelat mentol bernama Claudia. 

Produsen pasta gigi tersebut bahkan mengklaim odol cokelat yang mereka ciptakan membantu orang-orang yang sulit lepas dari ketergantungan cokelat.

Seperti pada kebanyakan pasta gigi, odol ini juga memiliki fungsi yang sama yaitu membersihkan gigi dan membuat kondisi napas lebih segar.

Namun, sebagai sensasi tambahan, produsen menambahkan komposisi lain seperti cokelat keping pada pasta gigi. Ini menimbulkan rasa manis layaknya sehabis makan cokelat.


Produsen odol itu juga mengiklankan pasta gigi tersebut dengan slogan yang mendorong orang untuk sikat gigi saat ingin mengonsumsi cokelat, alih-alih benar mengonsumsi produk kakao itu.

Pasta gigi tersebut dijual secara daring. Namun bila berminat sikat gigi dengan cokelat itu, perlu mengeluarkan lebih banyak uang karena pasta gigi tersebut dijual dengan harga US$15 atau sekitar Rp200 ribu.

Produk ini awalnya hanya akan dijual bertepatan dengan Hari Valentine, namun produsen memutuskan untuk melanjutkan penjualan sepanjang tahun ini.
Meski kebanyakan menilai bahwa cokelat dapat merusak gigi, sebuah penelitian menyebutkan bahwa sebenarnya makanan itu dapat membantu menguatkan gigi.

Sebuah penelitian menyebut ada kandungan dalam biji kakao selaku bahan baku cokelat yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri merugikan pada gigi.

Namun, para ahli menyatakan, yang perlu diingat bahwa kebanyakan produk cokelat siap makan mengandung gula yang tetap berbahaya bagi kesehatan gigi. (CNN Indonesia.com)

Minggu, 12 Februari 2017

Nol Komplain Jadi Langkah Korea Selatan Majukan Pariwisata


 Berkat daya tarik lewat dunia hiburan, seperti Kpop dan Kdrama, sejak beberapa tahun yang lalu Korea Selatan (Korsel) telah berhasil menyusul langkah Jepang sebagai salah satu negara tujuan wisata asal Asia yang populer di dunia.

Berdasarkan data Korean Tourism Organization (KTO), sampai Oktober 2016 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mengalami peningkatan sebanyak 33,1 persen. Peningkatan itu pun menjadi pencapaian tertinggi sepanjang waktu dengan angka 14,6 juta wisman. Rekor sebelumnya tercatat pada 2014, dengan jumlah 14,2 juta wisman.

Mayoritas wisman berasal dari China, yakni sekitar 7 juta orang, atau naik 40 persen dari tahun lalu. Kenaikan tersebut terjadi karena semakin banyaknya wisatawan yang datang sendiri tanpa melalui agen perjalanan wisata. Tak hanya dari China, wisatawan dari Jepang juga mengalami kenaikan. 

Terdapat 1,89 juta orang berkunjung ke Korsel antara bulan Januari dan Oktober, naik 1,26 persen dan sedikit di bawah tahun 2014, dengan 1,93 juta orang.

Sedangkan wisatawan dari Indonesia sendiri mengalami peningkatan sebanyak 53,9 persen dan berada di posisi ke 9 dari 130 negara.

Sementara itu, ibu kota Korsel, Seoul, juga berada di posisi ke-sembilan sebagai kota yang paling banyak dikunjungi oleh wisman di dunia. 

Ada 13 juta lebih orang yang datang dan jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak 50,3 persen dalam lima tahun terakhir.

Hal itu disampaikan langsung Director Tourism Business Division, Je Seong Oh kala bertemu dengan sejumlah media dari Indonesia di Restoran Gosang, Seoul, Korea Selatan pada Desember lalu.

"Dari banyaknya wisatawan yang datang itu, destinasi yang paling banyak mengunjungi objek wisata budaya, panorama kota Seoul, seperti Namsan Seoul Tower, dan yang wisata belanja," kata Je Seong.

Para pencinta Kpop dan Kdrama memang sudah mengenal Seoul, akan tetapi pemerintah ingin terus meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke sana. Kini, pemerintah kota Seoul semakin gencar berpromosi melalui kerja sama dengan agensi hiburan dan stasiun televisi.

"Sekarang ada satu program kolaborasi dengan SM Town dan NBC, jadi wisatawan dapat belajar dance dan Kpop di sana, Di Shincon pun ada kelas make up," ungkapnya.

Menciptakan Duta Wisata Korsel

Pada 2018, Dinas Pariwisata Seoul menargetkan jumlah kunjungan mencapai 20 juta wisman. Target tersebut dikejar dengan menanamkan prinsip bahwa turis yang datang diberikan kenyamanan yang membuat mereka ingin kembali datang.

"Tekad kuat kami yakni lewat 'sekali mengunjungi 'ketagihan' mengunjungi Korea kembali dan kami berusaha mengatasi ketidaknyamanan pengunjung melalui proyek yang disebut 'Zero Complains on Seoul Tourism'," ujarnya.

Demi tercapainya hal itu, langkah yang diambil pemerintah kota Seoul juga melalui pemenuhan ragam konten pariwisata seperti Hallyu (budaya pop Korsel), tur keliling Seoul dan kuliner, dan tur kesehatan yang dipersiapkan sebagai momen tak terlupakan bagi pengunjungnya.

"Sehingga saat kembali ke negaranya, mereka secara tidak langsung akan menjadi duta wisata bagi Korsel," katanya.

Dia menambahkan, "Kami pun mencoba untuk membuat Seoul sebagai kota yang mudah untuk dijelajahi walau datang tanpa pemandu wisata.”

Pemerintah kota Seoul menjalankan beberapa langkah untuk menetapkan 'nol keluhan pada pariwisatanya'. Diantaranya, pertama, meningkatkan pelayanan melalui situs pariwisata kota Seoul, terutama bagi para pengguna telepon genggam pintar. Pemerintah menyediakan aplikasi yang dilengkapi fitur 'Things to Look' dan 'Things to Enjoy'. 

Langkah ke-dua, pemerintah meningkatkan kenyamanan pada fasilitas umum, khususnya di kawasan Hongdae, sebagai lokasi yang kerap didatangi oleh turis individu. Fasilitas tersebut berupa pusat informasi, loker, ATM, dan lainnya.

Kemudian, langkah ketiga, untuk mengurangi kesulitan berkomunikasi dan masalah bahasa, pemerintah Seoulmenyediakan sistem informasi yang terdiri dari ragam bahasa. Selain itu, langkah selanjutnya yakni dengan mengembangkan pariwisata melalui analisa dari keluhan turis, ulasan serta hasil survei terkait hal itu.

Langkah lain pemerintah pun menggerakkan peningkatan pariwisata dengan turut menggandeng industri travel, secara sukarela. Serta, melalui ide kreatif atau proyek dari perusahaan-perusahaan 'start-up'. (CNN Indonesia.com)

Gandeng Wisatawan Muslim, Korsel Memperbanyak Mushala



Setelah cukup mantap melakukan promosi wisata melalui program hiburan seperti K-Pop dan K-Drama, Korea Selatan (Korsel) juga berencana untuk merangkul wisatawan Muslim.

Salah satu yang gencar dilakukan pemerintah Korsel saat ini ialah menyediakan lebih banyak tempat ibadah dan tempat makan halal di sejumlah kawasan di ibu kotanya, Seoul.

Langkah itu dilakukan karena telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan Muslim ke Negeri Gingseng itu. 

Menurut Je Seong Oh, selaku Director Tourism Business Division Seoul City, jumlah mereka terus bertambah setiap tahunnya, di mana pada 2015 saja menembus angka 740 ribu orang. 

"Seoul sedang memperbanyak restoran bersertifikat halal dan juga tempat beribadah yang mudah dijangkau demi kenyamanan wisatawan Muslim," kata Seong Oh saat ditemui beberapa waktu lalu di Seoul.

Dia menambahkan, “Selain itu juga musala, agar wisatawan Muslim lebih mudah beribadah."

Seong mengatakan kalau saat ini sudah ada 70 restoran yang bersertifikasi halal dan mayoritas berada di kawasan Itaewon. Di kawasan itu juga terdapat mesjid terbesar di Korea yakni Seoul Central Mosque.

“Mulai tahun 2017, kami juga akan memperbanyak fasilitas bagi wisatawan Muslim di pusat perbelanjaan serta pusat transportasi seperti stasiun dan bandara,” pungkasnya. (CNN Indonesia.com)