Kamis, 28 September 2017

Pagelaran Mahakarya Borobudur: Hairstyle & Fashion di TWC Borobudur





Candi Borobudur merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi anak-anak bangsa untuk menciptakan karya. Tak terkecuali bagi pecinta fashion dan gaya hidup di Indonesia.
Mereka menuangkan nilai-nilai luhur yang terpahat pada relief-relief cagar budaya dunia itu dalam karya fashion dan seni tata rambut. Annie Avantie, adalah satu di antara desainer ternama Indonesia yang melakukan hal itu.
Karya Annie tentang keluhuran Candi Borobudur akan ditampilkan dalam pergelaran bertajuk "Mahakarya Borobudur: Hairstyle & Fashion” di taman Akhsobya, komplek Taman Wisata Candi Borobudur (TWC), Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (30/9/2017).
Ricky SP Siahaan, Direktur Pemasaran & Pelayanan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko, menjelaskan selain karya fashion Annie, dalam pergelaran tersebut juga akan menampilkan karya-karya seni tata rambut dan musik.
"Kami persembahkan acara ini sebagai ruang anak-anak bangsa yang berkarya di bidang hairstyle dan fashion. Mereka akan membawakan karya-karya terbaiknya dengan gaya tatanan rambut maupun fashion yang terlukis pada relief Candi Borobudur," ujar Ricky, dalam keterangan pers, Senin (25/9/2017).
Candi Borobudur
Candi Borobudur(KOMPAS.COM/AMIR SODIKIN)
Ricky memaparkan kegiatan ini sebagai wujud keteguhan pengelola Candi Borobudur untuk mendukung pengembangan industri kreatif nasional, terutama yang berbasis pada nilai-nilai seni dan budaya Indonesia.
Candi Borobudur, menurut Ricky, tidak hanya melambangkan sisi kehidupan dari alam semesta melalui pembagian vertikal (Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu), akan tetapi relief-relief yang terpahat merupakan kisah kehidupan manusia, terutama masyarakat Jawa Kuno, dan perjalanan spiritualnya untuk mencapai derajat kesucian.
"Kami menggandeng Nira Creatives, kembali menghidupkan nilai-nilai luhur dan nilai estetika pada relief Candi Borobudur dalam ajang kreativitas, yang memadukan seni dan keterampilan terbaik," ujarnya.
Menurutnya, meskipun tren tata rambut dan fashion terus berubah, namun pesona yang terkandung dalam tatanan rambut dan fashion pada relief Candi Borobudur ini seolah tak lekang oleh waktu dan justru akan semakin memperkaya khasanah fashion dan gaya tata rambut di Tanah Air.
“Kami tentu berharap penyelenggaraan ini tidak hanya akan membangkitkan kejayaan masyarakat Jawa Kuno di masa lalu dan melahirkan tren dan inspirasi baru, namun juga membangkitkan sektor pariwisata," katanya.
Candi Borobudur
Candi Borobudur(KOMPAS.COM/AMIR SODIKIN)
Ricky mengatakan rangkaian kegiatan "Mahakarya Borobudur: Hairstyle & Fashion" antara lain peragaan busana karya desainer Anne Avantie, persembahan tari kolosal dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Dimeriahkan pula oleh penyanyi Maria Calista, pemenang Asia Broadcasting Korea Selatan dan Lucky Octavian, finalis Indonesian Idol 2004.
Pecinta fashion maupun masyarakat umum bisa menyaksikan mahakarya ini dengan membeli tiket masuk, yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Platinum Rp 750.000, Gold Rp 500.000, dan Festival Rp 250.000. (sumber: kompas.com)

Rute Baru Wings Air Surabaya - Sumenep




Guna mengembangkan jaringan konektvitas penerbangan domestik, Wings Air secara resmi membuka rute penerbangan Surabaya-Sumenep dan sebaliknya di Provinsi Jawa Timur pada 27 September 2017.
Maskapai yang berada di bawah naungan Lion Air Group tersebut akan melayani penerbangan dari Surabaya melalui Bandar Udara Internasional Juanda menuju Sumenep melalui Bandar Udara Trunojoyo dan sebaliknya.
Wings Air akan beroperasi dengan satu kali penerbangan per hari, dengan jadwal keberangkatan dari Surabaya pada pukul 12.45 WIB dengan nomor penerbangan IW 1808. Sedangkan penerbangan dari Sumenep akan dijadwalkan berangkat pada pukul 13.45 WIB dengan nomor penerbangan IW 1809.
Dalam rute tersebut, Wings Air akan menggunakan pesawat tipe ATR 72-500 maupun ATR 72-600 yang mampu menampung hingga 72 penumpang. “Ini merupakan penerbangan rute pendek, dengan waktu jelajah hanya sekitar 35 menit,” ujar Andy M. Saladin, Head of Corporate Secretary & Communicaton Lion Air Group melalui keterangan resmi, Rabu (27/9/2017).
Andy menambahkan, rute tersebut akan memberikan kemudahan bagi warga Surabaya maupun Sumenep dan sekitarnya untuk melakukan perjalanannya via udara dengan biaya sekitar Rp 200.000. "Diharapkan dengan adanya akses ini juga dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur Sumenep, serta kesejahteraan sosial warganya," jelasnya.
Hingga saat ini Wings Air telah menjangkau lebih dari 100 destinasi domestik di Indonesia, dengan total armadanya berjumlah 52 unit ATR 72-500/600. "Ke depannya Wings Air akan terus berekspansi menyisir daerah–daerah di Indonesia dengan kategori perintis yang diperlukan untuk kemajuan transportasi udara," pungkasnya. (bpp/kpc)

Rabu, 13 September 2017

Studi Baru Ungkap Satu Turis Punya 15 Foto Selfie saat Wisata

Banyak momen menarik yang bisa diabadikan saat melakukan perjalanan wisata, mulai dari fotografi jalanan sampai selfie. Boleh saja sibuk mengambil foto atau video, tapi jangan sampai kegiatan tersebut mengganggu tujuan utama liburan, yakni mengusir stres.

Dalam studi terbaru yang dirilis oleh perusahaan perjalanan wisata Expedia, disebutkan kalau rata-rata seorang turis menghabiskan waktu hingga sembilan jam dalam seminggu untuk mengunggah sesuatu ke media sosialnya. 

Masih dalam studi tersebut, disebutkan juga kalau sebanyak 44 persen dari 2.000 orang turis mengakui kalau keberadaan media sosial justru “merusak” makna liburan mereka. 



Makna liburan jadi rusak karena turis yang “tersandera” media sosial selama liburan merasa harus mengabadikan foto atau video sesempurna mungkin untuk diunggah ke media sosial. Hal itu semakin membuat stres ketika foto atau video yang diambil adalah selfie.

Perhitungan rata-ratanya, satu orang turis akan mengabadikan selfie sebanyak 15 kali untuk satu pose.

Tak hanya kegiatan mengabadikan momen yang bisa mendatangkan stres saat liburan. Memantau perkembangan dunia di media sosial ternyata juga ikut jadi alasannya. 



“Walau demikian, sebagian besar turis menganggap kalau media sosial masih memiliki aspek yang signifikan dalam perjalanan wisata mereka,” kata Direktur Komersial Expedia, Alex Platts, dalam keterangan resminya yang dikutip dari Travel and Leisure

Kecanduan media sosial saat berwisata bisa diatasi dengan menahan diri untuk tidak mengunggah apapun sampai pulang ke rumah.

Jika masih ingin narsis, Expedia memiliki tools baru yang dinamakan ’Stay Off Social’ di situs dan aplikasinya. Dengan tools tersebut, turis bisa menjadwalkan unggahan ke beragam media sosial secara otomatis.  (sumber: CNN Indonesia)

Puncak Habibie Tempat Perburuan Sunrise di Sukabumi




Bukit Habibie atau Puncak Habibie mengingatkan pada Presiden RI ke-3 BJ Habibie. Memang nama bukit yang biasa untuk melihat sunrise (matahari terbit) di Sukabumi, Jawa Barat ini terkait dengan nama presiden kelahiran Pare-Pare Sulawesi Selatan itu.   
Bukit Habibie adalah jalan tertinggi yang menghubungkan Sukabumi dengan Kabupaten Lebak (Banten). Lokasi tepatnya adalah di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Pelabuhan Ratu. 
Puncak ini berada di ketinggian sekitar 380 mdpl. Tempat ini disebut-sebut menjadi spot terbaik menikmati sunrise di Sukabumi. Panoramanya langsung menuju lautan biru. Kapal nelayan yang hilir-mudik di teluk Ujunggenteng juga tampak sangat jelas. 
Meski jarak antara Palabuhan Ratu dan Puncak Habibie hanya sekitar 18 kilometer dan bisa ditempuh dalam 30 menit, para "pemburu" matahari terbit umumnya berangkat dari Palabuhan Ratu pukul 03.30 WIB agar tak ketinggalan momen. 
Berbagai versi tentang nama Puncak Habibie ini ditorehkan di tempat itu. Sebagian mengatakan penamaan itu karena presiden ketiga RI, BJ Habibie, memiliki lahan dan vila di daerah tersebut.

Namun, ada juga yang mengatakan bahwa nama itu dipakai karena di tempat itu terdapat kantor Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI). Tetapi apapun versi penamaan, Puncak Habibie ini patut dilirik jika ingin melihat sunrise di Sukabumi (bpp/kpc)

Senin, 11 September 2017

Meski Terjadi Teror dan Bencana Alam, Pelancong Tahun Ini Naik



Walau sempat terjadi serangan teror dan bencana alam, industri pariwisata dunia masih bergairah di semester pertama tahun ini. 

Menurut data dari Badan Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (UNWTO), hingga pertengahan tahun ini, jumlah turis yang melakukan perjalanan wisata naik sebanyak 6,4 persen. 


Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi selama tujuh tahun terakhir. 

Dari Januari sampai Juni 2017, tercatat ada 598 juta turis yang melancong ke berbagai belahan dunia. Jumlah tersebut naik sebanyak 36 juta dari periode yang sama pada tahun lalu.

Sesampainya di Mediterania, turis biasanya memilih untuk berwisata ke Mesir, Tunisia, dan Turki. 
Dari ratusan juta turis itu, paling banyak berasal dari Inggris, China, Perancis dan Amerika Serikat.

Kepercayaan diri para pelaku usaha wisata disebut menjadi faktor pendorong semakin banyak turis yang bepergian. 



“Hingga pertengahan tahun ini, industri pariwisata mengalami perkembangan yang positif. Bahkan, destinasi wisata yang sempat terpuruk pada tahun lalu perlahan sudah mulai bangkit,” kata Sekertaris Jenderal UNWTO, Taleb Rifai, seperti yang dilansir dari AFP pada Minggu (10/9).

Kebanyakan dari turis mendatangi Mediterania sebagai tujuan berlibur, karena jumlah turis yang datang ke kawasan eksotis itu naik dua kali lipat sampai pertengahan tahun ini.




Peningkatan ini tentu saja menggembirakan, karena ketiga kawasan itu sempat dilanda aksi terorisme yang membuat suram industri pariwisata di sana.(sumber: cnn indonesia)

Minggu, 03 September 2017

Pulau Jawa di Mata Penjelajah Abad ke-16




Abraham Ortellius, kartografer dan geografer sohor asal Belgia, pernah menerbitkan selembar peta berjudul Indiæ Orientalis pada 1570. Peta itu menggambarkan wilayah Asia Tenggara berikut dengan keletakan pulau-pulaunya.
Dia merupakan kartografer pertama yang berpendapat bahwa awalnya benua menjadi satu kemudian terpecah-pecah hingga menemui wujudnya seperti sekarang.
Lantaran minimnya informasi dari penjelajah, Ortellius menampilkan Pulau Jawa berbentuk bulat dengan sisi selatan yang cembung. Bahkan, dalam peta itu Jawa sekitar dua kali lebih luas ketimbang Borneo.
Sementara peta Asia Tenggara karya kartografer Willem Lodewijcksz, yang terbit pada 1598, menampilkan Jawa yang tidak utuh lantaran sisi selatannya terpotong oleh pembatas bingkai bawah. Tampaknya, Lodewijcksz dengan sengaja menyembunyikan kemesteriusan Jawa.
Pertanyaan seperti apakah sisi selatan Jawa tampaknya telah menyeruak di peta-peta kuno. Para kartografer tak kuasa lantaran ketidaktersediaan informasi. Mereka merupakan kartografer yang menyimak kisah-kisah para petualang yang merintis penjelajahan ke dunia timur.
Salah satu petualang asal Venesia yang sohor dan kerap menjadi referensi para kartografer adalah Marco Polo. Dia berkisah tentang perjalanannya ke Asia Tenggara pada abad ke-13.
Meskipun banyak pihak meragukan kisah perjalanannya, beberapa kartografer abad ke-16 dan ke-17 tetap menggunakan toponimi dari pemberian Polo. Celakanya, Marco Polo juga memberikan penggambaran yang absurd tentang Jawa.
“Pulau terbesar di dunia,” demikian bentuk Jawa menurut Polo yang berdasar dari “testimoni pelaut-pelaut yang tahu banyak tentang hal itu.”
Para penjelajah Portugis yang menyambangi Nusantara sebelum kedatangan Belanda, punya persepsi sendiri tentang Jawa. Berdasar kisah penghuni pulau tersebut mereka mendapatkan informasi bahwa di tengah pulau terdapat gugusan gunung yang melintang dari barat ke timur.
Keadaan geografi itu telah menghentikan komunikasi antara kawasan pantai utara dan selatan. Akibatnya, pelaut Portugis mengurungkan niat untuk segera menjelajahi sisi selatan pesisir Jawa.
Misteri rupa pesisir selatan Jawa terpecahkan pada 1580. Francis Drake, seorang pelaut dan politikus Inggris yang mengelilingi dunia pada 1577 sampai dengan 1580, berjejak di pesisir selatan Jawa.
Usai menjelajahi kepulauan Maluku dan melewati celah Timor, Drake dan krunya menyusuri jalur selatan dan mendarat di suatu tempat di pesisir selatan Jawa—tampaknya Cilacap.
Kemudian peta berjudul Insulæ Indiæ Orientalis karya kartografer Jodocus Hondius terbit pada 1606. Dia menggambar pesisir selatan Jawa hanya dengan garis putus-putus, namun menyisakan garis tegas yang membentuk teluk untuk kawasan pelabuhannya.
Hondius menorehkan catatan kecil di titik tersebut, “Huc Franciscus Dra. Appulit,” yang menandai tempat Drake membuang sauhnya.
Sejak terbitnya peta Hondius itu, misteri rupa pesisir selatan Jawa mulai terungkap. Peta-peta setelahnya memberikan gambaran utuh tentang sebuah pulau yang pernah populer di kalangan penjelajah samudra dengan nama Java Major.(sumber: kompas.com)

Sabtu, 02 September 2017

Layanan Porter Bandara Soekarno-Hatta Gratis




PT Angkasa Pura II melalui anak usahanya, PT Angkasa Pura Solusi menggaji ratusan porter di Bandara Soekarno-Hatta per 1 September 2017.
Sistem gaji diberlakukan setelah AP II mengubah layanan porter di sana menjadi airport helper dan pengumpul troli yang jasanya digratiskan atau bebas uang tip.
"Total airport helper dan pengumpul troli di Soekarno-Hatta ada 805 orang yang berasal dari tiga vendor penyuplai tenaga jasa angkut. Mereka semua digaji UMR (upah minimum regional)," kata Branch Communication Manager Bandara Soekarno-Hatta Dewandono Prasetyo Nugroho saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (2/9/2017) pagi.
Mengenai besaran pasti gajinya, Pras belum dapat menyampaikan hal tersebut. Menurut Pras, sebelum menjadi airport helper, para porter mendapatkan uang dari penumpang.
Dengan mengubah layanan tersebut menjadi gratis, porter tidak lagi harus mengejar target melayani berapa calon penumpang dan menghindari adanya porter "siluman".
"Jadi, cara pikirnya sekarang diubah. Bukan lagi meminta atau memaksa calon penumpang membayar. Calon penumpang juga diminta tidak lagi memberi uang tip," kata Pras.
Layanan porter menjadi airport helper ini mulai diberlakukan pada 1 September di Terminal 1 dan Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta.
Sementara itu, di Terminal 3, sudah tidak ada porter. Di sana sudah diberlakukan sistem airport helper dan pengumpul troli.
Sistem ini sudah lama diterapkan di sejumlah bandara internasional kelas dunia. Dengan sistem itu, calon penumpang tidak lagi memakai jasa porter atau membawa barang bawaannya sendiri dengan troli yang bisa diambil di tempat tertentu.
Adapun tugas airport helper tetap sama, yakni membantu mengangkut barang calon penumpang. Petugas airport helper menggunakan seragam biru dan topi.
Mereka mendapat pelatihan intensif dari PT Angkasa Pura Solusi mengenai bagaimana melayani calon penumpang dan pengguna jasa bandara dengan baik. (sumber: kompas.com)