Rabu, 25 Januari 2017

Candi Barong Prambanan



Di atas Bukit Batur Agung, di tenggara Keraton Ratu Boko, sebuah kompleks percandian berdiri, tempat petani memuja Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Hiasan kala barong yang tersenyum di tiap sisi candi. Itulah sebabnya kompleks candi ini disebut Candi Barong.
Candi Barong adalah candi bercorak Hindu  yang terletak di tenggara Kompleks Ratu Boko Prambanan Sleman. Tepatnya di atas bukit di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10, sebagai peninggalan Kerajaan Medang periode Mataram
Posisi candi agak di bawah kompleks Ratu Boko, namun masih dalam sistem perbukitan yang sama, perbukitan Batur Agung, pada ketinggian 199 m di atas permukaan laut. Di sisi barat daya, di bawah bukit, terletak Candi Banyunibo  suatu bangunan Buddhis. Pada posisi tenggara candi ini, berjarak sekitar 2 km, terletak  Candi Ijo  Selain itu, terdapat pula di sekitarnya situs-situs arca Ganesha, Candi Miri, Candi Dawangsari, dan Candi Sumberwatu.
Kompleks candi ini memiliki pintu masuk di sebelah barat, lalu mengantar pada lahan berundak tiga. Teras pertama dan kedua sudah tidak ditemukan bangunan candi, meskipun terdapat sisa-sisa lantai atau umpak. Teras kedua merupakan area bukaan yang cukup luas. Sebelum memasuki teras tertinggi terdapat gerbang paduraksa kecil yang mengapit tangga naik.
Pada bagian teras tertinggi terdapat dua bangunan candi untuk pemujaan, diperkirakan kepada Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Masing-masing candi ini mempunyai ukuran kira-kira 8,18 m × 8,18 m dengan tinggi 9,05 m.  Bangunan candi-candi utama ini tidak mempunyai pintu masuk, sehingga upacara pemujaan diperkirakan dilakukan di luar bangunan.
Pemujaan terhadap Wisnu merupakan keistimewaan kompleks candi ini. Umumnya, candi-candi Jawa Tengah memuja Dewa Syiwa  atau bersifat Syiwaistis. Selain itu struktur berundak, dengan pusat pemujaan terletak paling timur juga tidak umum bagi candi-candi dari masa Medang, yang biasanya bangunan utamanya berada di pusat kompleks. Hanya Candi Ijo yang memiliki karakteristik sama. Struktur berundak ini dianggap sebagai ekspresi asli Indonesia. Corak sinkretik juga tampak dari pemujaan terhadap Dewi Sri.
Namun sayang, tak ada arca, lingga ataupun yoni yang terlihat saat ini. Dewa Wisnu dan Dewi Sri dalam bentuk arca pun tak lagi tinggal di sini. Secara keseluruhan, bangunannya sederhana saja, tak ada relief-relief kisah pewayangan ataupun pahatan dewa dewi di sana sini. Namun, ketika menapaki satu persatu undakan menuju ke candi, kita akan merasakan sisa-sisa kejeniusan masyarakat lokal masa silam. Pelatarannya yang luas dan berada di atas bukit seolah memberi sedikit celah bagi tiap orang yang datang untuk menikmati luasnya cakrawala. Aktifitas para petani di sekitar candi ketika mengolah ladang dan sawah seakan menjelaskan alasan mengapa candi ini berdiri.

Ia dibangun menghadap ke barat, tempat di mana matahari menyudahi hari. Tak butuh waktu lama untuk mengelilingi keseluruhan bangunannya. Tapi menikmati pemandangan di sekelilingnya, tak mungkin cukup sebentar saja. Semakin sore, pemandangan di candi pun semakin indah. Matahari semakin bersahabat dan tak begitu menyengat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar