Senin, 30 Oktober 2017

Terminal 4 dan Runway 3 Segera Dibangun di Bandara Soeta




 PT Angkasa Pura II (Persero) mulai membuka rencana untuk membangun Terminal 4 sekaligus membuat runway 3 bandara Soekarno-Hatta. Pembangunan terminal baru tersebut untuk mengatasi semakin padatnya jumlah penumpang dan pergerakan pesawat yang menggunakan Bandara Soekarno-Hatta  saat ini.
Direktur Utama Angkasa Pura II ( AP II) Muhammad Awaluddin mengungkapkan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta yang eksisting diperkirakan akan mencapai titik maksimal pada 2025.
"Setelah runway 3 maupun terminal 4 dibangun, Bandara Soekarno-Hatta yang eksisting tetap akan tidak mampu menampung jumlah penumpang dan pesawat, yang tiap tahunnya bertambah," ujarnya.
Awaluddin mengungkapkan, pada 2025 jumlah penumpang yang ada di Bandara Soekarno-Hatta diprediksi telah mencapai sekitar 100 juta penumpang. Jumlah tersebut melampaui daya tampung Bandara Soetta yang eksisting.
Adapun saat ini kapasitas Bandara Soekarno-Hatta mencapai sekitar 60 juta penumpang per tahun.
Guna mengantisipasi kenaikan jumlah penumpang di bandar Soekarno-Hatta  eksisting, AP II saat ini tengah menyiapkan pembangunan terminal 4 yang berada di kawasan pergudangan Soewarna.
Terminal 4 Bandara Soekarno Hatta nantinya memiliki luas sekitar 300.000 meter persegi, atau sedikit lebih kecil dari terminal 3 yang mencapai 400.000 meter persegi. Tahap konstruksi akan dilakukan paling cepat pada 2018.
Selain terminal penumpang, AP II juga akan membangun landasan pacu atau runway ketiga dengan ikuran 3.000 x 60 meter persegi.
RUnway baru ini ditargetkan dapat mulai dioperasikan pada tahun depan untuk mengakomodir sebanyak 114 pergerakan pesawat per jam di Bandara Inernasional Soekarno-Hatta.
Pembangunan runway ketiga termasuk pengembangan sesuai dengan grand design Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam meningkatkan kapasitas sisi udara. (bpp/kpc)

Minggu, 29 Oktober 2017

Goa Braholo Gunungkidul Dihuni Manusia Purba





Dinas Kebudayaan DIY melakukan pencitraan gambar tiga dimensi di situs Goa Braholo, di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul. Pencitraan tersebut untuk mengetahui dan mendokumentasikan secara detail lokasi Goa Braholo ini.
Kepala Seksi Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Ruly Adriadi, menyampaikan, alat tiga dimensi laser scanner Faro mampu merekam bentuk keseluruhan dari dinding gua dan permukaan tanah di dalam goa secara akurat.
"Target kami memetakan seluruh bagian gua. Nanti akan dipetakan secara akurat, datanya digunakan untuk penelitian yang lain," kata Rully, Kamis (26/10/2017).
Alat pemindai tiga dimensi tersebut diletakkan di 22 titik di seluruh sudut goa. Alat pemindai memerlukan waktu 11 menit untuk menyelesaikan pemindaian di satu titik. "Setelahnya kita melakukan analisis dan menggabungkan keseluruhan titik menjadi satu kesatuan gambar yang utuh,"ujarnya.
Alat ini mampu merekam secara detil bentuk dan data dari Goa Braholo ini. "Dari sana dapat kita analisis lebih jauh, menggunakan pendekatan Arkeologi," ucapnya.

Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Alifah mengatakan,goa-goa di Gunungkidul rata-rata digunakan untuk tempat tinggal dan pekuburan.
"Sampai saat ini goa di sini digunakan untuk mengubur, dan beraktivitas. Untuk daerah lain seperti Tuban ada goa khusus untuk mengubur, dan beraktivitas,"katanya.
Dari penggalian kali ini, arkeolog menemukan sejumlah tulang hewan. Pada beberapa lokasi ditemukan tulang yang bertumpuk. Banyaknya tulang hewan menunjukkan perburuan binatang merupakan strategi kehidupan yang paling adaptif saat itu.
Gua Braholo menghadap barat daya dengan ketinggian 357 meter diatas permukaan laut Lantai gua mempunyai ketinggian 352 meter di atas permukaan laut. Sebagian relatif datar dan miring. Kondisi lantai gua kering dengan langit-langit yang cukup tinggi mencapai 15 meter. 
Lebar ruangan kurang lebih 39 meter dengan panjang 30 meter. Secara keseluruhan luasannya mencapai 1.172 meter persegi. (bpp/kpc)

Sabtu, 21 Oktober 2017

Yakimeshi Nasi Goreng Khas Jepang




Namanya Yakimeshi , nasi goreng khas Jepang. Hal yang membedakan Yakimeshi dengan nasi goreng lainnya adalah bahan baku dan bumbu yang terbilang sangat sederhana.
Nasi goreng ala Chinese identik dengan isinya yang banyak dan bumbu bumbu yang bervariasi. Kalau nasi goreng Jepang berbeda,  bahannya simpel, hanya menggunakan telur, daun bawang, bawang putih, dan jamur. Kemudian dicampur dengan nasi dan bumbunya itu hanya kecap asin, sedikit butter dan dashinomoto (semacam kaldu). 
Proses masak Yakimeshi pun dilakukan ala teppanyaki, wajan besar untuk menumis khas Jepang. Pertama, mulai memasak jamur, memasukkan cacahan bawang putih dan daun bawang menggunakan minyak dan sedikit kecap asin. Kemudian proses masak dilanjutkan dengan memasukkan nasi dan telur.
Koki Yakimeshi  juga melakukan teknik masak yang unik seperti juggling, dan trik melempar-lemparkan telur dengan spatula tanpa terjatuh.
Nasi yang sudah teraduk dengan telur dicampurkan bersama jamur dan bawang putih cacah. dashinomoto pun dicampurkan untuk menambah rasa dan gurih. Kecap asin pun kembali disiram ke atas Yakimeshi. Dashinomoto adalah seperti perasa tapi terbuat dari sari pati ikan dan pastinya lebih sehat dari pada metsin.
Setelah tercampur rata,  langsung ditaruh porsian Yakimeshi ke mangkuk-mangkuk pengunjung yang telah tersediakan di meja counter.
Untuk rasa, Yakimeshi cenderung lebih gurih dan sederhana karena memang perpaduan bahan baku yang sederhana. Dashinomoto yang menjadi perasa Yakimeshi terasa gurih. Aroma bawang dan jamur mendominasi. Harga Yakimeshi  di restoran Jepang di Indonesia sekitar Rp 55.000 untuk satu porsi.  (bpp/kpc)

Senin, 16 Oktober 2017

Hutan Bakau Cengkrong Destinasi Wisata Favorit di Trenggalek





Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur menyimpan potensi wisata alam yang beragam. Wisata bahari yang patut dikunjungi di Trenggalek di antaranya Pantai Prigi, Pasir Putih, Karanggongso, Damas, Blado, Pelang, Ngadipuro, Ngulungwetan, Ngampiran, Konang, Taman Kili-Kili, dan Cengkrong.
Selain memiliki wisata pantai dan goa, Kecamatan Trenggalek juga memiliki wisata mangrove. Hutan di Kampung Bakau Pancer Cengkrong tak pernah sepi dari wisatawan, utamanya pada hari libur.
Kawasan konservasi hutan bakau di Cengkrong dilengkapi Jembatan Galau, gazebo, sampan, fasilitas umum lainnya.
Ecowisata mangrove Pancer Cengkrong berada di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Kawasan hutan mangrove ini juga menjadi sarana edukasi sekaligus pengembangan habitat tanaman bakau Indonesia. Setidaknya, 17 jenis tanaman bakau hidup di sini.
Jembatan Galau
Udara segar terasa sejak memasuki kawasan wisata itu. Para pengunjung dapat menikmati pemandangan dengan berjalan di jembatan yang dikenal dengan Jembatan Galau.

Bila lelah, pengunjung bisa beristirahat di beberapa gazebo yang tersedia di sepanjang jembatan berbahan kayu itu.
Sambil melepas penat, wisatawan bisa memantau polah tingkah aneka satwa yang hidup di hutan bakau, seperti burung. 
Pihak pengelola memberlakukan pembatasan jumlah serta waktu bagi pengunjung yang masuk kawasan wisata alam ini. Sebab, jembatan yang tersedia hanya satu. Sedangkan, jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan orang pada hari libur.
Batas maksimal pengunjung yang bisa masuk kawasan itu yakni 250 orang dan diberi waktu maksimal satu jam. Pengaturan itu untuk menjaga keamanan serta menghindari penumpukan pengunjung di jalur jembatan kayu.
Biasanya pengunjung membludak di hari-hari tertentu, seperti libur tahun baru dan hari raya. 
Jembatan di tengah hutan bakau memang diminati wisatawan dan menjadi spot favorit para pecinta fotografi. Seringkali lokasi ini digunakan untuk foto prewedding.
Pengelolaan kawasan wisata hutan bakau Cengkrong melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kecamatan Watulimo.
Kawasan wisata ini dilengkapi lahan parkir yang luas, tempat ibadah, serta toilet umum yang layak. (bpp/kpc)

Jumat, 06 Oktober 2017

Tasikmalaya Menuju Kota Kuliner Halal




Kota Tasikmalaya di Jawa Barat akan didorong menjadi kota kuliner halal di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman. Menurutnya, Tasikmalaya sebagai kota kuliner halal merupakan bagian program kerja Pemerintah Kota Tasikmalaya.
"Kami ke depan akan promosikan Tasikmalaya menjadi kota kuliner halal," kata Budiman pada acara Launching "ToF 2017" di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Rabu (4/10/2017).
Budiman mengatakan Pemkot Tasikmalaya saat ini tengah menyiapkan program sertifikasi halal untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner di Tasikmalaya.
"Kami sudah mulai sebelumnya. Sekarang ada 400 UMKM kuliner, produk-produk yang kami fasilitasi biaya untuk sertifikasi halal di tingkat MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan provinsi. Kami fasilitasi secepatnya. Mudah-mudahan tahun depan kita dorong (kota kuliner halal)," ujar Budiman
Ia mengaku butuh legalitas dan sertifikasi halal meski kuliner-kuliner di Tasikmalaya sudah halal. Ia berharap dengan rencana ini, wisatawan bisa menemukan kuliner bersertifikasi halal di Tasikmalaya.


Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan dalam industri kreatif, kuliner mengambil porsi terbesar yang diminati wisatawan. Menurutnya, potensi kuliner halal di Tasikmalaya sangat tinggi.
"Belum ada kota yang posisinya kota kuliner halal. Karena Tasikmalaya itu dilahirkan untuk halal. Itu tinggal mengemasnya," kata Arief.
Menpar mengapresiasi langkah Pemkot Tasikmalaya menghadirkan acara Tasikmalaya Halal Culinary dalam acara Tasikmalaya October Festival (ToF) 2017. Ia mengatakan akan membantu penyelenggaraan Tasikmalaya Halal Culinary bila terus berlanjut. (bpp)/kpc)